Aku kembali dengan ingatan yang lemah, lentur di bekuan otak. Merasa lagi-lagi ada yang menjanggal di benak kecil ini. Setiap harinya seperti biasan-biasan Cahaya berlinang, bersandar dibawah terik matahari setelah tadi malam melewati Rembulan cerah di hiasai kerlap kerlip bintang. Mengasah dan bertanya, Hendak kemanakah aku ditahun-tahun berikutnya? Apa masih saja begini, masih saja berhenti di topangan Abang dari anak pertama Ibuku. Sekecil masalah ini terus menghantam dipikiranku yang lemah. Aku memang lemah dengan kedilemaan yang sudah terjadi 2 tahun melewati masa-masa Sekolah Menengah Atas.
Tanpa terasa sudah 2 Tahun menjadi pekerja yang menikmatin kesenangan sedih dan dukanya bersama kertas-kertas Kosong, dengan Copyan yang lebih dari ribuan kertas. Hal ini memang sudah dekat dan melekat semenjak baru Lulus dari masa-masa belajar, belajar dengan tulisan-tulisan Formal yang diajarkan Seorang Guru tanpa tanda jasa. Dengan memakai seragam,
Tempo dulu. Kini hanya bisa memandangi seragam yang membawaku kesini, ketempat yang penuh dengan kekuatan mental.
Tempo dulu. Kini hanya bisa memandangi seragam yang membawaku kesini, ketempat yang penuh dengan kekuatan mental.
Sampai sekarang, Pagi saja bisa berganti setelah malam yang dilaluinya. Kenapa dengan tindakan dan pekerja pekerja sepertiku. Bertahan mungkin alasan supaya tetap bisa menikmatin hasil yang tak sebanyak pekerja lainnya. Menitih karier dengan, yah kerja seperti ini. Ikhlas pasti jalan satu dua tiganya, tanpa mengeluh. Hal ini sama saja kalau dijalanin.
Suatu hari di hari kemarin, kadang ada sesal yang dilewati. Banyak yang mendorong untuk melanjut ke bangku perkuliahan, ke jenjang yang lebih tinggi untuk menempah pelajaran. Hanya saja sesal itu tak bisa ku balas dengan keinginan ku dan keinginan yang lainnya. Berdo'a mungkin salah satunya supaya tak lengah, tak lemas dengan kenyataan yang dilanjutin pekerjaan dari lainnya.
Saat ini, semua bisa saja tejadi dengan keinginan dan pesan dari Ibu yang melahirkanku. Apapun yang terjadi dan banyak yang minta ini minta itu, layanin saja. sepertinya itu hal yang lazim diantara seruan-seruan tekanan dalam mental. Hanya bisa berjalan dan berdo'a itu adalah kunci dimana Aku bisa seperti anak-anak yang melanjut di bangku perkuliahan.
Pagi sampai munculnya rembulan yang cerah bahkan gelap, itu saja bisa kurasakan. Pahit manisnya pekrjaan yang dijalanin juga begitu. Selamat menikmatin kesuksesan masing-masing, Mungkin tanpa duduk di perkuliahan aku bisa seperti mereka. Walaupun kenyataanya aku masih merindukan sesekali duduk di depan dosen pembimbing. Sudahlah, ini jalan yang terbaik bukan yang salah. Semua pasti baik baik saja seperti Pagi bisa tersenyum dan berkata "Perbanyak sabar anak muda". Karna keinginan kita tak segampang meminta ini , itu sama masa depan.
Pagi sampai munculnya rembulan yang cerah bahkan gelap, itu saja bisa kurasakan. Pahit manisnya pekrjaan yang dijalanin juga begitu. Selamat menikmatin kesuksesan masing-masing, Mungkin tanpa duduk di perkuliahan aku bisa seperti mereka. Walaupun kenyataanya aku masih merindukan sesekali duduk di depan dosen pembimbing. Sudahlah, ini jalan yang terbaik bukan yang salah. Semua pasti baik baik saja seperti Pagi bisa tersenyum dan berkata "Perbanyak sabar anak muda". Karna keinginan kita tak segampang meminta ini , itu sama masa depan.
By : Fikri Ibrahim Hrp
Tidak ada komentar:
Posting Komentar