Lonceng dengan nada dering, mengawali pagiku kembali dengan ramahnya menebar senyum. Beberapa menit kemudian, ada pesan yang membuatku terkagum malu lalu merasa kegilaan. Ini bukan tentang masalalu, ini tentang masa depan yang datangnya tak pernah ku duga, Beberapa kata dari perbait yang sudah merasuk kedalam gilaknya sampai terbawa bahagia. kali ini membuatku merasakan apa arti dari kata yang sudah kau ukir sebelumnya.
Perlu ku ketahui, ini bukan hal yang sering terjadi. Siapa sangka, kejutan seperti ini datangnya tanpa diduga. Setiap ku pejamkan mata, masih saja keingat dengan senyum yang menyapa pagiku. Bahagia sudah, bahagia.
Tanpa sadar, kau menyebutnya ini adalah takdir dari Tuhan tunjukkan kepada kita. Apa, kita? aku tertawa malu-malu. Sambil niruin gaya orang yang baru ngerasain jatuh hati. ciee kita. ah hati-hati dengan kita. Aku tak ingin ada salah paham yang bisa merusak hubungan dengan cerita di sekitar tanpa kita sadari. Dan, kaupun memancing dengan datarnya. Iya, kita. Katamu. Terus, aku dan kamu dong? Iya, aku dan kamu. Hahaha . ..
Tawapun mengakhiri percakapan sementara.
Aku dan kamu sama dengan kita.
Sambil memainkan pulpen di bawah dagu.
Kita? Kataku masih menyeringai senyum tanpa menyadarinya.
Hahaha, dan aku pun tertawa sendiri, serasa bahagia yang berkepanjangan. Ngecek hendphone, lalu mengirim pesan dan menanyakan sedang apa kamu disana? Tanpa basa basi, pesanpun terkirim. Pesanku di balas, kemudian entah kenapa. Semua terasa benar-benar akk benar benar bahagia. Dan dengan senangnya badanku ku jatuhkan ke tempat tidur lalu memainkan kaki ke atas, Sambil bernyanyi Lalala lalalala, aku bahagia, bahagiaa.
Hal yang paling gila, dia menyebutku lelaki romantis, lelaki dewasa dan memiliki suara yang mirip dengan salah satu penyanyi idamannya, padahal aku hanya lelaki biasa saja. Dengan datarnya menjawab.
Aku menduga, ini hanya rayuan agar aku merasa paling mirip, dan benar Ketika aku bernyanyi berulang-ulang kali, suaraku hancur dan gak ada mirip-miripnya sama sekali. Dalam hati, sepertinya dia hanya menghiburku saja, dan membuatku bahagia.
Dan lebih gilaknya lagi, akupun mengikutin cara dia membuatku bahagia dengan menyebutnya wanita yang mirip dengan penyanyi salah satu idamanku, wanita penikmat galau. Karna dengan akrabnya sering bercerita kepada teman-temannya. Dengan senangnya, kami pun saling menertawakan apa yang kami bicarakan. Lama kelamaan aku dan kamu benar-benar menjadi kita. Tapi, masih banyak takutnya. Dan, kami pun tertawa terbahak-bahak.
Singkat cerita yang belum kutahu, apakah kamu benar-benar menginginkan kata yang menjadi satu yaitu kita? Sementara rayuanmu seperti mengajakku untuk menjalanin ke yang lebih serius lagi. Tapi, masih saja aku menganggapnya biasa saja. karna kutahu, ini sama seperti yang sebelumnya. Bukan dengan orang yang itu lagi tapi orang yang baru. Orang yang sudah lama mendengarkan cerita, dan bercerita tentang kisah dukanya. Tak ingin saling salah paham, dan tak ingin takut mencelakai hati masing-masing. Maka dari itu, hati menunjukkan jalan lurusnya. Walau bahagia, walau sudah lebih nyaman dengan begini. Tak ada satupun yang memulainya dengan kata serius. Dan, lebih jelasnya hanya menginginkan saling perhatian, saling khawatir. Kalaupun di takdirin untuk bersama, bersabarlah kuncinya. Karna hal yang tergesah-gesah tidaklah membuahi kenyamanan.
Aku dan kamu sama dengan kita sudah bisa saling membahagiakan, kenapa masih saja malu untuk menuju ke jalan yang lebih serius. Ahh sudahlah.
Apapun ceritanya, apapun kisahnya. Hati masih saja berkata lebih nyaman dengan bagini. Semuanya mari serahkan kepada hati dan cerita di masa depan. Sampai ketemu, semoga saja kita bisa menjadi kata yang benar-benar menjadi kita. [Titik]
Perlu ku ketahui, ini bukan hal yang sering terjadi. Siapa sangka, kejutan seperti ini datangnya tanpa diduga. Setiap ku pejamkan mata, masih saja keingat dengan senyum yang menyapa pagiku. Bahagia sudah, bahagia.
Tanpa sadar, kau menyebutnya ini adalah takdir dari Tuhan tunjukkan kepada kita. Apa, kita? aku tertawa malu-malu. Sambil niruin gaya orang yang baru ngerasain jatuh hati. ciee kita. ah hati-hati dengan kita. Aku tak ingin ada salah paham yang bisa merusak hubungan dengan cerita di sekitar tanpa kita sadari. Dan, kaupun memancing dengan datarnya. Iya, kita. Katamu. Terus, aku dan kamu dong? Iya, aku dan kamu. Hahaha . ..
Tawapun mengakhiri percakapan sementara.
Aku dan kamu sama dengan kita.
Sambil memainkan pulpen di bawah dagu.
Kita? Kataku masih menyeringai senyum tanpa menyadarinya.
Hahaha, dan aku pun tertawa sendiri, serasa bahagia yang berkepanjangan. Ngecek hendphone, lalu mengirim pesan dan menanyakan sedang apa kamu disana? Tanpa basa basi, pesanpun terkirim. Pesanku di balas, kemudian entah kenapa. Semua terasa benar-benar akk benar benar bahagia. Dan dengan senangnya badanku ku jatuhkan ke tempat tidur lalu memainkan kaki ke atas, Sambil bernyanyi Lalala lalalala, aku bahagia, bahagiaa.
Hal yang paling gila, dia menyebutku lelaki romantis, lelaki dewasa dan memiliki suara yang mirip dengan salah satu penyanyi idamannya, padahal aku hanya lelaki biasa saja. Dengan datarnya menjawab.
Aku menduga, ini hanya rayuan agar aku merasa paling mirip, dan benar Ketika aku bernyanyi berulang-ulang kali, suaraku hancur dan gak ada mirip-miripnya sama sekali. Dalam hati, sepertinya dia hanya menghiburku saja, dan membuatku bahagia.
Dan lebih gilaknya lagi, akupun mengikutin cara dia membuatku bahagia dengan menyebutnya wanita yang mirip dengan penyanyi salah satu idamanku, wanita penikmat galau. Karna dengan akrabnya sering bercerita kepada teman-temannya. Dengan senangnya, kami pun saling menertawakan apa yang kami bicarakan. Lama kelamaan aku dan kamu benar-benar menjadi kita. Tapi, masih banyak takutnya. Dan, kami pun tertawa terbahak-bahak.
Singkat cerita yang belum kutahu, apakah kamu benar-benar menginginkan kata yang menjadi satu yaitu kita? Sementara rayuanmu seperti mengajakku untuk menjalanin ke yang lebih serius lagi. Tapi, masih saja aku menganggapnya biasa saja. karna kutahu, ini sama seperti yang sebelumnya. Bukan dengan orang yang itu lagi tapi orang yang baru. Orang yang sudah lama mendengarkan cerita, dan bercerita tentang kisah dukanya. Tak ingin saling salah paham, dan tak ingin takut mencelakai hati masing-masing. Maka dari itu, hati menunjukkan jalan lurusnya. Walau bahagia, walau sudah lebih nyaman dengan begini. Tak ada satupun yang memulainya dengan kata serius. Dan, lebih jelasnya hanya menginginkan saling perhatian, saling khawatir. Kalaupun di takdirin untuk bersama, bersabarlah kuncinya. Karna hal yang tergesah-gesah tidaklah membuahi kenyamanan.
Aku dan kamu sama dengan kita sudah bisa saling membahagiakan, kenapa masih saja malu untuk menuju ke jalan yang lebih serius. Ahh sudahlah.
Apapun ceritanya, apapun kisahnya. Hati masih saja berkata lebih nyaman dengan bagini. Semuanya mari serahkan kepada hati dan cerita di masa depan. Sampai ketemu, semoga saja kita bisa menjadi kata yang benar-benar menjadi kita. [Titik]
-Fikri Ibrahim-