Nyaman yang bukan lagi milikku, melainkan milik harapan yang menjadi kenangan. Saat kau mematikan kata di sela-sela kebahagian yang seharusnya bermain di dalam pembicaraan. Jujur, aku tidak menyukai hal yang begituan.
Tiba-tiba asaku meringis sendiri, air mata mengalir tanpa permisi sampai tersendak tiada henti. Sepertinya aku terlalu memendam apa yang harusnya tak ku pendam. dengan ketidaksengajaan, hatipun semakin melebam, kau jahat dalam perihal menjaga perasaan. Harusnya aku sudah mengetahui sejak itu sebelum kau mengatakan " cinta memang sudah habis masanya " saat itu kita bersanda gurau membahas kenangan yang sudah-sudah dengan gerutuh tawah tiada hentinya.
Aku terdiam mendengar kata yang sederhana tapi menyadarkan perasaan. Mataku berkaca (lagi) untuk kesekian kalinya, bukan karena cengeng akan tetapi hati terlalu mudah untuk memahami apa arti dari isak air mata itu. Lebih baik menangis daripada harus tertahan di piluh dengan tersendak kesakitan.
Dulu kita memang pernah saling beradu hati untuk memperebutkan siapa yang paling tahan dalam menjaga perasaan. Bukan tentang siapa jagoan tapi siapa yang sadar bahwa cinta harus seperti sejatinya merpati putih yang terbang tinggi dan tak pernah ke lain hati.
Sebut saja aku orang yang pernah ada di hatimu dan bahkan sampai sekarang aku juga menganggap aku masih ada di hatimu. Walau sebutan bodoh sekalipun, kau harus tau hati tak akan pernah bisa berkata bohong. Sejujur-jujurnya aku menyangimu, aku pernah jatuh ke ruang yang paling dalam di hatimu. bahkan untuk mencintaimupun, aku sudah pernah jatuh lebih dalam lagi. Dan, boleh ku katakan itu hanya dulu.
Memiliki sudah pasti pernah ada dalam ikatan ini, akan tetapi lama kelamaan aku bukan lagi seperti memiliki. Aku seperti kehilangan seseorang yang bukan tak ku kenal sama sekali, tapi hampir seutuhnya aku mengenalinya. dengan keegoisan dan kesalahpahaman yang semakin menjadi-jadi, kita seperti jalan yang sudah terbelah, semakin jauh dan semakin tak mau tau.
Sekarang, silahkan menjauh sejauh-jauhnya tanpa menatapku kembali. Pergilah dengan kenyamanan yang bukan milik kita lagi. Aku tidak membencimu, aku menyukaimu. Sudahilah ketidaknyamanan yang sudah menjamur di renggangnya hubungan ini. Kau tak perlu menjaga perasaan itu lagi, kau tak perlu mencari tau tentang ini lagi. Aku sayang kamu, dan sekarang pergilah sekarang sejauh-jauhnya.
- Fikri Ibrahim -
Tiba-tiba asaku meringis sendiri, air mata mengalir tanpa permisi sampai tersendak tiada henti. Sepertinya aku terlalu memendam apa yang harusnya tak ku pendam. dengan ketidaksengajaan, hatipun semakin melebam, kau jahat dalam perihal menjaga perasaan. Harusnya aku sudah mengetahui sejak itu sebelum kau mengatakan " cinta memang sudah habis masanya " saat itu kita bersanda gurau membahas kenangan yang sudah-sudah dengan gerutuh tawah tiada hentinya.
Aku terdiam mendengar kata yang sederhana tapi menyadarkan perasaan. Mataku berkaca (lagi) untuk kesekian kalinya, bukan karena cengeng akan tetapi hati terlalu mudah untuk memahami apa arti dari isak air mata itu. Lebih baik menangis daripada harus tertahan di piluh dengan tersendak kesakitan.
Dulu kita memang pernah saling beradu hati untuk memperebutkan siapa yang paling tahan dalam menjaga perasaan. Bukan tentang siapa jagoan tapi siapa yang sadar bahwa cinta harus seperti sejatinya merpati putih yang terbang tinggi dan tak pernah ke lain hati.
Sebut saja aku orang yang pernah ada di hatimu dan bahkan sampai sekarang aku juga menganggap aku masih ada di hatimu. Walau sebutan bodoh sekalipun, kau harus tau hati tak akan pernah bisa berkata bohong. Sejujur-jujurnya aku menyangimu, aku pernah jatuh ke ruang yang paling dalam di hatimu. bahkan untuk mencintaimupun, aku sudah pernah jatuh lebih dalam lagi. Dan, boleh ku katakan itu hanya dulu.
Memiliki sudah pasti pernah ada dalam ikatan ini, akan tetapi lama kelamaan aku bukan lagi seperti memiliki. Aku seperti kehilangan seseorang yang bukan tak ku kenal sama sekali, tapi hampir seutuhnya aku mengenalinya. dengan keegoisan dan kesalahpahaman yang semakin menjadi-jadi, kita seperti jalan yang sudah terbelah, semakin jauh dan semakin tak mau tau.
Sekarang, silahkan menjauh sejauh-jauhnya tanpa menatapku kembali. Pergilah dengan kenyamanan yang bukan milik kita lagi. Aku tidak membencimu, aku menyukaimu. Sudahilah ketidaknyamanan yang sudah menjamur di renggangnya hubungan ini. Kau tak perlu menjaga perasaan itu lagi, kau tak perlu mencari tau tentang ini lagi. Aku sayang kamu, dan sekarang pergilah sekarang sejauh-jauhnya.
- Fikri Ibrahim -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar