Dia bilang telah salah langkah, dengan menikmati rasa yang semakin hari semakin menjadi-jadi. Sibuk menyayangi yang kita gak tau apa dia juga ikut sibuk menyayangi. Tak ku lihat lagi, apa yang tlah membutakan mataku. Di hantui perasaan, di datangi rasa kenyamanan. Syahdu dan rayu melumat menjadi satu.
Entah kenapa, keraguan datang seenaknya. Melihatnya begitu mesra dengan orang yang sudah dekat, bahkan senyum sinis tak dapat ku bendung. Luka itu tertimbun sendiri, bahkan bayang-bayang kecemburuan merajalela tanpa mengenal siapa dia dan siapa yang merampas harapan perasaan ini.
Takkan kutemui sorang penyayang yang tiba-tiba merelakan jatuh ke pelukan dan tak ada ragu sekalian. Ku bayangkan lalu ku peluk kau yang bisa mengisi kekosonganku sejak hati meringis kesepian . Dan kau hadir memberikan seutuhnya. Sayangnya, perasaan itu perlahan lepas dan mungkin bisa di bilang sudah mulai jatuh ke orang lain yang bukan dengan kejelasan yang bernama aku.
Sudahlah, eluh ini takkan pernah ada habisnya dan takkan pernah mati ditelan perasaan. Walau hadirmu bukan sampai berlarut hitungan bulan, tetap saja datangnya luka menambah kenangan yang harus ku tarik ke diri sendiri dan biarlah orang yang menggantikannnya menikmati kenyamanan yang kau tebar tanpa ada dusta seisinya.
Ini sebenarnya bukan luka yang pertama atau kedua kalinya, mungkin melulu datang lalu pergi tanpa hitungan waktu. Perih yang kau titipkan bukan membuatku membencimu, melainkan menyadarkan bahwa aku di posisi yang seharusnya menghindar tanpa disuruh sekalipun.Aku siapa dan kamu siapanya dia. Lirihku dengan mengelah nafas panjang. Pulanglah ke hati yang sudah berhenti kepadanya, berhentilah menebar kenyamanan kalau kau tau aku bisa saja merasakan kenyaman yang berlebihan dan yang jelas-jelas bukan untukku. Pulanglah dengan dia
Entah kenapa, keraguan datang seenaknya. Melihatnya begitu mesra dengan orang yang sudah dekat, bahkan senyum sinis tak dapat ku bendung. Luka itu tertimbun sendiri, bahkan bayang-bayang kecemburuan merajalela tanpa mengenal siapa dia dan siapa yang merampas harapan perasaan ini.
Takkan kutemui sorang penyayang yang tiba-tiba merelakan jatuh ke pelukan dan tak ada ragu sekalian. Ku bayangkan lalu ku peluk kau yang bisa mengisi kekosonganku sejak hati meringis kesepian . Dan kau hadir memberikan seutuhnya. Sayangnya, perasaan itu perlahan lepas dan mungkin bisa di bilang sudah mulai jatuh ke orang lain yang bukan dengan kejelasan yang bernama aku.
Sudahlah, eluh ini takkan pernah ada habisnya dan takkan pernah mati ditelan perasaan. Walau hadirmu bukan sampai berlarut hitungan bulan, tetap saja datangnya luka menambah kenangan yang harus ku tarik ke diri sendiri dan biarlah orang yang menggantikannnya menikmati kenyamanan yang kau tebar tanpa ada dusta seisinya.
Ini sebenarnya bukan luka yang pertama atau kedua kalinya, mungkin melulu datang lalu pergi tanpa hitungan waktu. Perih yang kau titipkan bukan membuatku membencimu, melainkan menyadarkan bahwa aku di posisi yang seharusnya menghindar tanpa disuruh sekalipun.Aku siapa dan kamu siapanya dia. Lirihku dengan mengelah nafas panjang. Pulanglah ke hati yang sudah berhenti kepadanya, berhentilah menebar kenyamanan kalau kau tau aku bisa saja merasakan kenyaman yang berlebihan dan yang jelas-jelas bukan untukku. Pulanglah dengan dia
Fikri Ibrahim (im)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar