Rabu, 23 April 2014

Aku menuntunmu bukan lagi kau !

Terhitung dengan jumlah berapa perdetik aku menuntun (mu) kembali dimana aku berusaha menjadi apa yang di minta dengan pemintaan batin . Satu persatu mengingatkan jalan, menatap lebar ke penjuru huni. Aku bertanya? Kenapa pintu ini masih saja terbuka lebar dengan di hidupkannya cahaya kecil yang menyela ke sela-sela kosong kecil. kenapa? Bisuk ku hanya menggerutuh. Bertahap setelah awal, Mengakui kecalakaan kecil ini terhitung berapa kali di masa peringatan. Menjamu keheningan juga mengikuti jalannya aku belajar menuntun (mu) . Aku sepi dikala itu, Ada kosong di pikiran yang mengancam imajinasiku, sunnguh piluh .

Betapa keram bencana kerinduan ini, Aku Haus saat ini. Haus akan keadaan seperti kemarin-kemarin. Masih belum sadarkah kau aku begitu berusaha menuntun (mu)! Masihkah! Masih! Begitu kasar aku mengungkapkannya, Apa kau tak peka dengan ini semua! ahh kau Payah! Sangat Payah ! Ocehan bergentang lantang saat hati berbicara kasar sperti ini. Aku bertanya kepadamu, Apakah Ada yang menuntun (mu) Selain.. .. . aku? Adakah? Adakah! Dengan gertakan pertanyaan yg membuatmu ketakutan. Tiga kali aku menanyakan Kepastian ini!