Pada dagu yang tipis, bertebaran senyum ramah penuh makna. . . . .
Mungkin beginilah aku menilai seseorang dari awal pertemuan. Saat ini ku ragu, apa bisa menikmati semua tanpamu? Jujur belum bisa, sedikitpun belum bisa.
Sembari di balik cerita dagu, raguku belum ku tentukan, apa ini juga belum bisa mastiin kalau kenyataan tak semanis cerita dulu. Ajari aku sayang, Ajari aku rindu...kumohon, kembalikanlah rasa itu seperti dulu, seperti kamu menikam rindu yang sudah lama kita bina, seperti gejolak bertebaran dimana-mana, Seperti angin yg kita rampas begitu saja. Yang di dalamnya dibungkus ; tawa, canda juga kesedihan.
Akankah keindahan dibalik cahaya itu masih bersinar seperti dahulu?
Akankah keelokan di setiap bait cerita masih penuh dengan harapan di masa depan?
Akankah kesedihan datang begitu saja tanpa kita undang?
Akankah sayang?
Akankah kematiannya rindu sudah kita tentukan kapan buat dia membunuhnya?
Akankah?