Kamis, 30 Oktober 2014

Gelisah

Entah mengapa hilir sendu berirama tak tentu, menggerutu seperti menjadi lawannya kebahagiaan, Tanpa tau itu takkan membuatnya kembali ke masa kebahagiaan.

Ia sedih, lalu merenung; Apa-apa pasti resah, mengingatmu juga begitu. 
Entah Mengapa, tiba-tiba keadaan berubah derastis ke angkah jarum jam yang tak disangka, membolak balikkan hati. Yang awalnya senang lalu sedih, tapi, yang ku dapati tak lagi kebahagiaan melainkan perih yang membuatku mengais seperti ini.

"Ingin ku iris segala penyebab luka, sedih hingga perih sampai luka semuanya hilang di telan bara. Pedih semakin sakit, terluka lalu membengkak dan membesar begitu saja"

Lagi dan tanpa perkembangan hati, semuanya menjadi merubah mood yang riuh gembira menjadi riuh senduh, hiup layuh di telan waktu.

Jumat, 10 Oktober 2014

Untukku Dan Teruntukmu

Beberapa menit sudah berlalu, dengan pikiran sebelah mata. 

Hari kini lebih haruh dari sebelumnya, lebih sendu dari hari kemarin. Katamu, Aku pernah di juluki perasaan yang sering disebut-sebut orang yaitu penyakit sendu. Seperti kerang yang tak pernah tahu didalamnya ada mutiara, tapi mutiaranya hilang di ambil orang, di rampas begitu saja. Dan, yang aku tahu walau aku bukan seperti mutiara yang selalu ada di dalam sebuah tempat tertutup seperti kerang, Tetap saja sendu, seperti aku mengenal dirimu, sejak itu. 

Perlahan, perubahan semakin mendekat. Kini sendu mulai menghilang dari pikiran-pikiran itu. Kata orang; berhijralah sebelum pikiran itu benar-benar merenggut khayalan-khayalan di bait indahmu, khayalan yang sudah kau anggap seperti kenyataan, seperti halnya menemukan emas, dan emas itu hanya kamu dan tanpa ada satupun orang yang bisa melihatnya, tapi emas itu hanya khayalan konyolmu. Dan memang hanya ada dalam angan-angan, bukan kenyataan. Kini terpuruklah aku dalam piluh. Maka banyak harapan sebelum sendu mengikat di pikiran. Jauhi sendu kalau takut dengan keangan-anganan konyol itu. Jauhi dia, Jauhi pikiran yang membuatmu piluh.