Bangun-bangun ada tatapan nanar tentang kejadian di awal tahun sampai dengan akhir tahun ini. Masih saja membuka mata, lalu mengingat hari-hari sebelumnya. Berpikir banyak dengan yang di alami bertahun-tahun. Bertanya-tanya "Apa karna usiaku yang semakin hari semakin beranjak ke jenjang dewasa lagi?" "Apa karna aku sudah merasakan pahit getirnya jatuh hati pun patah hati?" Mungkin saja, iya dan mungkin saja hanya sebuah proses dimana seorang anak akan merasakan apa yang di rasakan orang tua dulu.
Mengingat kenangan di tahun lalu, aku selalu mengingat tentangmu, juga tentang kita. Entah kenapa, pikiran itu selalu terbayang dalam setiap perjalanan sampai dengan sekarang. Bahagia mengikat tentang khayalan yang dulu kita bayangkan sekelebet dengan puing-puing cerita canda lalu tawa, dan pagi itu membuatku tersenyum manis merasa malu-malu seakan pipih memerah begitu saja.
Melamun adalah caraku menenangkan sendu yang bercampur malu pagi itu. Setiap harinya ingatan dimana kita saling merayu juga meramu seakan membawaku ke suasana lamunan yang semakin mengundang senyum manis.
Ada banyak harapan dari dulu untuk kebaikan di hari ke depannya. Kita saling menghayal dan saling merenungkan.
Apakah kita akan selamanya begini?
Apakah kita tak jemu dengan hubungan ini?
Bagaimana kalau di antara kita ada yang sudah jenuh dan berpikir untuk menyendiri lalu pergi?
Itu adalah harapan yang selalu kita takutkan, tapi di balik ketakutan banyak kebahagian yang terpendam. Melamunkan tawa dan pergi kemana saja hanya lewat hayalan, aku bisa membuatmu terhanyut ke dalam cerita. Tapi, aku enggak peduli itu nyata atau tidak. Yang aku tahu dan bukan aku saja, kamu juga merasakan kebahagiaan di dalam hayalan.
Dari hal itu aku beranggapan bahwa Mengingatmu bukan lagi hal yang bisa ku pungkiri, melainkan cara yang paling aneh untuk merayu senyum bertabur malu di dalam hati.
Kita banyak bercerita tentang bagaimana kehidupan di masa depan nanti. Lagi-lagi bertanya "Apa kita akan seperti ini seterusnya? Apa kita bisa menjalani ini dengan banyaknya cobaan yg menyelimuti pikiran dengan baik? Dan, apa kita akan lebih kuat untuk bertahan soal perasaan?"
Hanya bisa tersenyum dan kala itu belum bisa berkata apa-apa. Meratapi kekalahan di kata-kata, lalu aku piluh.
Dua bulan yang lalu kamu pergi demi mengejar cita-cita untuk mencari jati diri dan mempersiapkan diri untuk bekal di masa depan. Tapi, entah kenapa setiap kali kita bertemu, raut wajahmu selalu menyimpan pedih, aku tahu kamu takut berpisah dengan canda tawa yang kita jumpai di sabtu minggu. Dan, hanya karna kamu takut dengan jarak yang kita belum tau apa yang bakal terjadi nanti.
Setelah berhari-hari bersama, akhirnya isi hati yang menanam pedih kamu utarakan pelan di bisik telingah. Dengan dada yang kuat dan hati yang baja, seorang lelaki harus lebih kuat dari perempuannya. Mengelah nafas lalu berkata "Cinta bukan melemahkan hati, bukan membawa tangis, bukan juga membuat kita putus asa. Sebaliknya menghidupkan harapan".
Aku mengambil kata-kata ini dari film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Dengan begini, kita pasti tahu dan kita tak perlu takut akan hati. Percaya saja dengan isi hati, karna dengan itu keadaan pasti bisa saling menguatkan batin.
Ini akhir dari bulan-bulan penuh bahagia, harapan selalu saja aku lukiskan. Menyenangkan bila melihatmu tersenyum begitu. Mungkin itu obat dari sakit menahan hati. Dan ingat, Satu masalah dalam hidupmu akan hilang jika di bayar dengan senyum.
Di 31 Desember 2014 yang bahagia, dan sebelum dari tanggal ini. Banyak bahagia juga luka yang di hadapin. Karna apapun, luka dan bahagia adalah teman yang paling akrab di dalam hati.
Selamat tinggal bulan-bulan, tanggal-tanggal dan hari yang bahagia maupun duka. Lupakan kesalahan di hari kemarin dan mulai membiasakan diri untuk saling melengkapi. Untukku, untukmu dan untuk semua.
-Fikri Ibrahim
Ada banyak harapan dari dulu untuk kebaikan di hari ke depannya. Kita saling menghayal dan saling merenungkan.
Apakah kita akan selamanya begini?
Apakah kita tak jemu dengan hubungan ini?
Bagaimana kalau di antara kita ada yang sudah jenuh dan berpikir untuk menyendiri lalu pergi?
Itu adalah harapan yang selalu kita takutkan, tapi di balik ketakutan banyak kebahagian yang terpendam. Melamunkan tawa dan pergi kemana saja hanya lewat hayalan, aku bisa membuatmu terhanyut ke dalam cerita. Tapi, aku enggak peduli itu nyata atau tidak. Yang aku tahu dan bukan aku saja, kamu juga merasakan kebahagiaan di dalam hayalan.
Dari hal itu aku beranggapan bahwa Mengingatmu bukan lagi hal yang bisa ku pungkiri, melainkan cara yang paling aneh untuk merayu senyum bertabur malu di dalam hati.
Kita banyak bercerita tentang bagaimana kehidupan di masa depan nanti. Lagi-lagi bertanya "Apa kita akan seperti ini seterusnya? Apa kita bisa menjalani ini dengan banyaknya cobaan yg menyelimuti pikiran dengan baik? Dan, apa kita akan lebih kuat untuk bertahan soal perasaan?"
Hanya bisa tersenyum dan kala itu belum bisa berkata apa-apa. Meratapi kekalahan di kata-kata, lalu aku piluh.
Dua bulan yang lalu kamu pergi demi mengejar cita-cita untuk mencari jati diri dan mempersiapkan diri untuk bekal di masa depan. Tapi, entah kenapa setiap kali kita bertemu, raut wajahmu selalu menyimpan pedih, aku tahu kamu takut berpisah dengan canda tawa yang kita jumpai di sabtu minggu. Dan, hanya karna kamu takut dengan jarak yang kita belum tau apa yang bakal terjadi nanti.
Setelah berhari-hari bersama, akhirnya isi hati yang menanam pedih kamu utarakan pelan di bisik telingah. Dengan dada yang kuat dan hati yang baja, seorang lelaki harus lebih kuat dari perempuannya. Mengelah nafas lalu berkata "Cinta bukan melemahkan hati, bukan membawa tangis, bukan juga membuat kita putus asa. Sebaliknya menghidupkan harapan".
Aku mengambil kata-kata ini dari film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Dengan begini, kita pasti tahu dan kita tak perlu takut akan hati. Percaya saja dengan isi hati, karna dengan itu keadaan pasti bisa saling menguatkan batin.
Ini akhir dari bulan-bulan penuh bahagia, harapan selalu saja aku lukiskan. Menyenangkan bila melihatmu tersenyum begitu. Mungkin itu obat dari sakit menahan hati. Dan ingat, Satu masalah dalam hidupmu akan hilang jika di bayar dengan senyum.
Di 31 Desember 2014 yang bahagia, dan sebelum dari tanggal ini. Banyak bahagia juga luka yang di hadapin. Karna apapun, luka dan bahagia adalah teman yang paling akrab di dalam hati.
Selamat tinggal bulan-bulan, tanggal-tanggal dan hari yang bahagia maupun duka. Lupakan kesalahan di hari kemarin dan mulai membiasakan diri untuk saling melengkapi. Untukku, untukmu dan untuk semua.
-Fikri Ibrahim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar