Soremu sesejuk mentari seindah awan putih yang tak habis-habisnya. Sore yang amat amat indah untuk ku sudutkan di kenangan ini. Derita suka dan duka seakan berlari mendekatiku lalu menyuruhku untuk menceritakan semuanya, iya semuanya. Ada diam untuk merangkul cerita ini, kenangan itu tak baik di simpan tapi lebih baik di tuliskan. Dari Kenangan yang penuh dengan cerita keindahan, cerita suka duka baiknya simpulkan di tulisan-tulisan kecilmu. Oke, akan ku rapikan kau di catatanku "bisikku dalam piluh". Saat itu Awan biru dengan sedikit hilir angin menyendraku membius halus sepoi sepoi.
Awal dari tatapan setelah disambut dengan senyuman seolah mulai rentan mendekatiku. Pelan-pelan kau memanah rasa suka yg tak ku duga dari sebelumnya. Terbiuslah aku saat itu. Owhhh ... Salah tingkah dan tersipuh malu-malu ingin menyapaku.
"Hallo, Ha haii " Muka memerah dipenuhi cibiran-cibiran lembut. "tolong aku, aku terbius olehnya"
Rasa lebai ini pun semakin tak terarah. Kata-kataku bercampur malu. Setelah sapaan yg sederhana dan bisa di artikan penuh makna, Aku kembali merapikan senyuman senyuman di pipih yang sudah memerah ini. Aku pergi, ada senyum yg sudah ku simpan di dalam pipih merahmu.
Kala itu hujan, rintihan pelan demi pelan lalu semakin deras turun ke ubun-ubun yg sengaja aku biarkan demi membasahi rasa senang ini. Menghirup udara yang sangat lembap dengan khasnya air tawar. Sesekali aku menutup mata demi menikmati rintihan hujan ini, membiarkan rambut basah diiringi raut mimik senang semakin berbinar membayangkan "berlari berduaan, memegang erat tangan berdua samping-sampingan, menanam kenangan berdua, saling menatap dengan teduh di bawah buliran ini lalu pelukan membungkus bayangan-bayangan". Indah mengakhiri cerita di bawah buliran ini.
Setelah hujan redah, dengan pakaian yg baru ku ganti ada sinar mentari sangat terang datang menyapa sore-ku. Raga pun siap-siap menyambut datangnya si raja pelangi yang katanya ada bidadari lagi mandi dibawahnya. Mau percaya atau tidak "Bagiku pelangi yang ada di sore ini adalah saksi dimana setiap manusia bisa memanjakan matanya dengan lantunan do'a-Mu , Lantunan yang mengisahkan campuran 7 warna di dalam pelangi dari merah jingga kunig hijau biru nila sampai ungu.
Tak luput dari tatapan yang pertama ku ingat, aku menyamakan cerita ini pelangi yang indah apalagi dengan rintihan hujan itu. Indah tersenyum ramah membuat pipih memerah malu. Lalu, bayangan datang saat hujan turun dengan melekat kesela-sela pikiran kecil, tiba-tiba . . . aku kegilaan dengan ingatan ini.
Kenapa aku segampang ini mengayunkan ingatan dengan tatapan pertama, dalam kiraan; mungkinkah aku sudah tergoda dengan simpulan senyum yg menari-nari dipikiranku? mungkin iya dan memang iya. Ingatanpun semakin nyata. . . .
Malam telah datang menyambar sinarnya gelap, setelah berjam-jam menikmati terik mentari di sore hari lalu berdiri di atas buliran hujan dengan bayangan yang amat indah bahkan susah untuk dilupakan dan juga disambut Pelangi. Lagi dan lagi senyuman itu Rentan mengikat di pipih merah, meronalah ku dapati.
Sayang seribu kali sayang yang terjadi hanyalah ilusi, bayang-bayang itu tak nyata dan akupun piluh . . .
Aku membuka mata dan menatap langit yg di penuhi bintang, ternyata apa yang ku lihat kosong. Sepih, sunyi dan tak ada gambaran-gambaran senyum yang membuat pipih memerah. Pahitpun membungkus kisah ku saat itu . .
Setelah sadar dan menatap keluar, ternyata aku sedang bermimpi akan indahnya tatapan pertama itu. Sialpun ku dapati, piluh sungguh piluh. Tadinya aku berharap ada yang menciptakan pipih memerah ini terus-terusan. Semangatku untuk menggambarkan raut wajahmu berubah menjadi pasrah. Lalu terdengar teriakan, Fikriiiiiii Cepat kau bangun, Sudah jam berapa ini. Apa kau tak bergegas kerja! Gertakan ini seakan membuatku terburu-buru untuk ke kamar mandi. jawaban terbatah-batah ku lantunkan i i i i yaaa bu.
Dapat dari cerita yang singkat ini bahwa seindah-indahnya bermimpi seperti melihat pelangi, bermain di bawah teduh rintihan hujan lebih indah cerita nyata yang kita bisa tau gimana rasanya seperti mimpi. Mimpi juga bisa mengobsesi kita untuk menjadi penikmat ciptaan yang sederhana seperti di tulisan-tulisan blog ku yang lalu. Aku kesal sama mimpi . . tapi seru juga kalau jadi kenyataan.
Sekian dari cerita si Fikri Ibrahim, tunggu cerita-cerita selanjutnya.
salam Priapemula :)
Awal dari tatapan setelah disambut dengan senyuman seolah mulai rentan mendekatiku. Pelan-pelan kau memanah rasa suka yg tak ku duga dari sebelumnya. Terbiuslah aku saat itu. Owhhh ... Salah tingkah dan tersipuh malu-malu ingin menyapaku.
"Hallo, Ha haii " Muka memerah dipenuhi cibiran-cibiran lembut. "tolong aku, aku terbius olehnya"
Rasa lebai ini pun semakin tak terarah. Kata-kataku bercampur malu. Setelah sapaan yg sederhana dan bisa di artikan penuh makna, Aku kembali merapikan senyuman senyuman di pipih yang sudah memerah ini. Aku pergi, ada senyum yg sudah ku simpan di dalam pipih merahmu.
Kala itu hujan, rintihan pelan demi pelan lalu semakin deras turun ke ubun-ubun yg sengaja aku biarkan demi membasahi rasa senang ini. Menghirup udara yang sangat lembap dengan khasnya air tawar. Sesekali aku menutup mata demi menikmati rintihan hujan ini, membiarkan rambut basah diiringi raut mimik senang semakin berbinar membayangkan "berlari berduaan, memegang erat tangan berdua samping-sampingan, menanam kenangan berdua, saling menatap dengan teduh di bawah buliran ini lalu pelukan membungkus bayangan-bayangan". Indah mengakhiri cerita di bawah buliran ini.
Setelah hujan redah, dengan pakaian yg baru ku ganti ada sinar mentari sangat terang datang menyapa sore-ku. Raga pun siap-siap menyambut datangnya si raja pelangi yang katanya ada bidadari lagi mandi dibawahnya. Mau percaya atau tidak "Bagiku pelangi yang ada di sore ini adalah saksi dimana setiap manusia bisa memanjakan matanya dengan lantunan do'a-Mu , Lantunan yang mengisahkan campuran 7 warna di dalam pelangi dari merah jingga kunig hijau biru nila sampai ungu.
Tak luput dari tatapan yang pertama ku ingat, aku menyamakan cerita ini pelangi yang indah apalagi dengan rintihan hujan itu. Indah tersenyum ramah membuat pipih memerah malu. Lalu, bayangan datang saat hujan turun dengan melekat kesela-sela pikiran kecil, tiba-tiba . . . aku kegilaan dengan ingatan ini.
Kenapa aku segampang ini mengayunkan ingatan dengan tatapan pertama, dalam kiraan; mungkinkah aku sudah tergoda dengan simpulan senyum yg menari-nari dipikiranku? mungkin iya dan memang iya. Ingatanpun semakin nyata. . . .
Malam telah datang menyambar sinarnya gelap, setelah berjam-jam menikmati terik mentari di sore hari lalu berdiri di atas buliran hujan dengan bayangan yang amat indah bahkan susah untuk dilupakan dan juga disambut Pelangi. Lagi dan lagi senyuman itu Rentan mengikat di pipih merah, meronalah ku dapati.
Sayang seribu kali sayang yang terjadi hanyalah ilusi, bayang-bayang itu tak nyata dan akupun piluh . . .
Aku membuka mata dan menatap langit yg di penuhi bintang, ternyata apa yang ku lihat kosong. Sepih, sunyi dan tak ada gambaran-gambaran senyum yang membuat pipih memerah. Pahitpun membungkus kisah ku saat itu . .
Setelah sadar dan menatap keluar, ternyata aku sedang bermimpi akan indahnya tatapan pertama itu. Sialpun ku dapati, piluh sungguh piluh. Tadinya aku berharap ada yang menciptakan pipih memerah ini terus-terusan. Semangatku untuk menggambarkan raut wajahmu berubah menjadi pasrah. Lalu terdengar teriakan, Fikriiiiiii Cepat kau bangun, Sudah jam berapa ini. Apa kau tak bergegas kerja! Gertakan ini seakan membuatku terburu-buru untuk ke kamar mandi. jawaban terbatah-batah ku lantunkan i i i i yaaa bu.
Dapat dari cerita yang singkat ini bahwa seindah-indahnya bermimpi seperti melihat pelangi, bermain di bawah teduh rintihan hujan lebih indah cerita nyata yang kita bisa tau gimana rasanya seperti mimpi. Mimpi juga bisa mengobsesi kita untuk menjadi penikmat ciptaan yang sederhana seperti di tulisan-tulisan blog ku yang lalu. Aku kesal sama mimpi . . tapi seru juga kalau jadi kenyataan.
Sekian dari cerita si Fikri Ibrahim, tunggu cerita-cerita selanjutnya.
salam Priapemula :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar