Senin, 24 Februari 2014

Merangkai Senyum dalam buta

Hallo kicauan yang membuat sendu menjadi rindu, kita kembali tersenyum menyapa kelembutan ini, Haru keriangan di kelopak mata kita bersama. Aku turut senang dengan semua yang sedang berjalan, berkumpul, bercerita tentang keanehan dunia. Rasa malu bisa saja terjadi saat tatapan tentang hati mulai berirama. Sesuka hati melontarkan senyum tanpa alasannya.

Suara sambutan masih bisa dirasa, di jabah dengan tegas dan lama-kelamaan bisa saja berubah menjadi saksi dimana kalau diantara lemparan senyum bisa mengayunkan perasaan. Aku tak bisa berdusta, kau yang membuatnya senyuman itu menjadi satu lompatan dimana diantara satu senyuman memiliki beribu makna dan satu tujuan untuk di tahan di dada. Ada sesak, ada juga goyangan jantung yang membuat perasaan semakin dekat. Itu hati dari bilik senyuman.

Berirama sendu, bergoyang sudah terlihat. Apa kau yang melemparkan senyum tadi tau kalau semua punya arti yang sama? tidak kan. Itu saja bisa membuat semuanya buta. pelan demi pelan, perlahan yang kau temui itu sudah semakin terasa, kalau Dunia mengenal hati pasti mata tertutup dengan sendirinya. Dia takkan tau apa yang sudah membuatnya menjadi hati terbuka dan mata terutup rapat.

BerHari-hari kita saling merayu tak jemu, mendengar sedikit sentilan Layuh, Tersipuh sudah tlah ku dapat. Kita sudah tau sama tau apa arti semua itu kan? Aku bercerita tentang ini karena yang ku hadapin sekarang hanya kebutaan di mata bukan di hati, tapi aku tau kalau hatiku menunjukkan ke arah yang pas untuk menyambut senyuman mu. itu artinya kita akan membuka mata yang tadinya tertutup menjadi bisa merangkak pelan demi pelan.

Kalau begitu, kau tak perlu menuntunku untuk membukanya. Aku bisa sendiri dan belajar mengenal kebutaan ini. Jujur yang kita tau, Bahagia bisa di rasa. Kau sudah mengajarkanku untuk merangkai senyum dalam kebutaan ini.


-- Fikri Ibrahim Hrp

Tidak ada komentar:

Posting Komentar