Hari menyapaku dengan kasar, kali ini aku tak tau mengapa dunia seakan di penuhi asap kabut yang tak habis-habisnya. ahh Gelap memang gelap. Asap merusak di sekujur pernapasan, merasuk ke relung yang rendah. kau tau kenapa kotaku dan kotamu Sama? Karena Tuhan itu maha adil, Dia tak membeda-bedakan mana yang baik dan jahat. Dosakah kita kepada Tuhan ? Bukan dosa kalau kita mengingatnya setiap hari. tapi bagi mereka yang sesukanya merusak ciptaan yang paling indah di muka bumi. Indahnya bukan kalau hijauan daun bisa sesubur yang dulu. Detik demi detik perputaran semakin kencang, banyak yang tak menduga kenapa ini meski terjadi lagi.
Dahulu kira-kira aku masih berumur 10 tahun, kotaku setiap paginya di lumuri dengan asap kabut yang segar. Aku tak pernah melewatkan ini, sungguh segar sapaan ini menyambutku di setiap paginya. Sendiri bersama bahkan sama siapa pun tetap saja Asap kabut ini segar. Tetapi asap kabut yang membuat segar ini namanya Embun bukan seperti yang sekarang.
Bukan di kotaku yang begini, di kota seberang, di kota temapt-tempat kaya akan Pabrik-pabrik penghasilannya. Kenapa mereka tak mempedulikan pernafasan yang lemah, yang kuat akan kesegaran bukan asap seperti sekarang. Jangankan asap seperti ini asap untuk mengidap sebatang rokok saja bisa membuat rusak apalagi yang sekarang ini. Aku takut, mereka takut kenapa tak ada yang peduli. Tuhan aku takut dengan kotaku yang sekarang. Kenapa begitu banyak celaka yang kau beri kepada rakyat yang lemah akan kesegaran ini. Aku mengeluh demi kotaku bukan demi diri sendiri. kembalikan kotaku yang segar Tuhan. Aku tau kami banyak melakukan salah, Ampunilah mereka yang merusak pemandangan indah menjadi tertutup dengan lebat asap ini. Aku merindukan kotaku yang dulu.
Bukan di kotaku yang begini, di kota seberang, di kota temapt-tempat kaya akan Pabrik-pabrik penghasilannya. Kenapa mereka tak mempedulikan pernafasan yang lemah, yang kuat akan kesegaran bukan asap seperti sekarang. Jangankan asap seperti ini asap untuk mengidap sebatang rokok saja bisa membuat rusak apalagi yang sekarang ini. Aku takut, mereka takut kenapa tak ada yang peduli. Tuhan aku takut dengan kotaku yang sekarang. Kenapa begitu banyak celaka yang kau beri kepada rakyat yang lemah akan kesegaran ini. Aku mengeluh demi kotaku bukan demi diri sendiri. kembalikan kotaku yang segar Tuhan. Aku tau kami banyak melakukan salah, Ampunilah mereka yang merusak pemandangan indah menjadi tertutup dengan lebat asap ini. Aku merindukan kotaku yang dulu.
Berjalan dengan hari perhari sampai hitungan minggu, asap ini masih saja sesukanya menutupi kota yang sangat indah. Sudahlah tuhan semua kuserahkan seikhlas-ikhlasnya cobaan ini. Aku mohon suatu saat nanti kau pasti membalasnya dengan ciptaanmu yang paling indah seindah surga yang pernah kau janjikan. Jujur aku tak sanggup dengan cuaca seperti ini. Semua yang terjadi ini pasti sudah di atur serapi-rapinya di catatanmu. Mungkin inilah cobaan kecil yang kau beri demi menyadarkan kami.
Kami mencintaimu, kami mencintai ciptaanmu dan kami selalu menjaga apa yang kau pesankan kepada Wahyu wahyu ciptaanmu.
-- Fikri ibrahim Hrp
Tidak ada komentar:
Posting Komentar